Resesi ekonomi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Jika Indonesia mengalami resesi pada tahun 2025, beberapa sektor ekonomi akan terdampak lebih parah dibandingkan sektor lainnya. Dampak ini terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat, berkurangnya investasi, serta ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Berikut adalah sektor-sektor yang paling rentan terhadap dampak resesi:

1. Sektor Manufaktur dan Industri

Sektor manufaktur merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia karena menyerap banyak tenaga kerja dan berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Saat resesi terjadi, permintaan terhadap barang-barang manufaktur, terutama yang bersifat non-esensial seperti elektronik, otomotif, dan tekstil, akan mengalami penurunan drastis. Perusahaan manufaktur yang bergantung pada ekspor juga akan terdampak jika negara-negara tujuan ekspor mengalami perlambatan ekonomi.

Dampak lain dari resesi pada sektor ini meliputi:

  • Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat turunnya produksi.
  • Kenaikan biaya bahan baku karena melemahnya nilai tukar rupiah.
  • Penurunan investasi di sektor industri akibat ketidakpastian ekonomi.

2. Sektor Properti dan Real Estate

Sektor properti dan real estate sangat bergantung pada daya beli masyarakat dan ketersediaan kredit dari perbankan. Saat resesi terjadi, banyak orang akan menunda pembelian properti karena ketidakpastian ekonomi dan potensi kehilangan pekerjaan. Selain itu, bank akan lebih selektif dalam memberikan kredit perumahan karena meningkatnya risiko gagal bayar.

Dampak resesi pada sektor properti meliputi:

  • Penurunan penjualan rumah dan apartemen.
  • Berkurangnya investasi dalam proyek-proyek properti baru.
  • Menurunnya harga properti akibat rendahnya permintaan.
  • Banyaknya proyek mangkrak karena pengembang kesulitan mendapatkan pendanaan.

3. Sektor Perdagangan dan Ritel

Perdagangan dan ritel adalah sektor yang sangat rentan terhadap penurunan daya beli masyarakat. Saat resesi terjadi, konsumen akan lebih memilih untuk mengalokasikan uangnya pada kebutuhan pokok dan mengurangi pembelian barang-barang non-esensial seperti pakaian bermerek, elektronik, dan barang-barang mewah lainnya.

Dampak utama dari resesi pada sektor ini meliputi:

  • Penurunan omset toko-toko ritel, terutama yang menjual barang sekunder dan tersier.
  • Gelombang penutupan toko akibat menurunnya jumlah pembeli.
  • Peningkatan PHK di sektor perdagangan dan ritel.

Namun, tidak semua jenis ritel terdampak secara merata. Supermarket dan minimarket yang menjual kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan mungkin masih bertahan lebih baik dibandingkan dengan ritel pakaian atau elektronik.

4. Sektor Pariwisata dan Perhotelan

Sektor pariwisata sangat tergantung pada mobilitas masyarakat dan daya beli mereka untuk bepergian serta menginap di hotel. Saat resesi terjadi, baik wisatawan domestik maupun mancanegara akan mengurangi perjalanan mereka untuk menghemat pengeluaran. Hal ini berdampak langsung pada hotel, restoran, maskapai penerbangan, dan tempat wisata.

Beberapa dampak spesifik dari resesi pada sektor ini meliputi:

  • Penurunan jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel yang anjlok.
  • Berkurangnya pendapatan maskapai penerbangan dan agen perjalanan.
  • PHK besar-besaran di sektor perhotelan, restoran, dan hiburan.
  • Banyaknya bisnis kecil di sektor ini yang gulung tikar akibat menurunnya pemasukan.

5. Sektor Keuangan dan Perbankan

Sektor perbankan dan keuangan juga akan terdampak cukup besar dalam situasi resesi. Penurunan aktivitas ekonomi menyebabkan banyak debitur gagal membayar kredit mereka, baik itu kredit konsumtif seperti KPR dan kartu kredit maupun kredit produktif seperti pinjaman usaha.

Dampak yang dapat terjadi pada sektor ini adalah:

  • Meningkatnya Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet.
  • Bank dan lembaga keuangan akan lebih selektif dalam memberikan pinjaman.
  • Nilai tukar rupiah yang melemah akibat aliran modal asing yang keluar dari pasar Indonesia.
  • Kemungkinan terjadinya kebangkrutan lembaga keuangan kecil yang tidak memiliki cadangan modal yang cukup.

6. Sektor Transportasi dan Logistik

Saat resesi terjadi, aktivitas perdagangan dan industri menurun, yang pada gilirannya berdampak pada sektor transportasi dan logistik. Pengurangan produksi berarti berkurangnya permintaan akan pengiriman barang. Selain itu, masyarakat juga cenderung mengurangi penggunaan transportasi umum karena menurunnya mobilitas dan meningkatnya angka pengangguran.

Dampak resesi terhadap sektor ini meliputi:

  • Penurunan jumlah pengiriman barang akibat berkurangnya aktivitas perdagangan.
  • Penurunan jumlah penumpang transportasi umum seperti pesawat, kereta, dan bus.
  • PHK di sektor transportasi dan logistik karena perusahaan berusaha mengurangi biaya operasional.

7. Sektor Energi dan Pertambangan

Sektor energi dan pertambangan sangat bergantung pada permintaan global. Jika resesi melanda Indonesia, permintaan akan sumber daya seperti batu bara, minyak, dan gas juga akan menurun. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas industri yang biasanya menjadi konsumen utama energi.

Dampak yang mungkin terjadi pada sektor ini adalah:

  • Penurunan harga komoditas seperti batu bara dan minyak.
  • Penurunan ekspor hasil tambang ke negara-negara mitra dagang.
  • PHK di sektor pertambangan akibat berkurangnya kegiatan eksplorasi dan produksi.

Kesimpulan

Resesi ekonomi di Indonesia pada tahun 2025 akan berdampak besar pada berbagai sektor, terutama sektor manufaktur, properti, perdagangan, pariwisata, keuangan, transportasi, dan energi. Sektor-sektor ini rentan karena bergantung pada daya beli masyarakat, investasi, dan kondisi pasar global.

Untuk menghadapi kemungkinan resesi, perusahaan di sektor-sektor ini perlu melakukan strategi mitigasi seperti efisiensi operasional, diversifikasi produk atau layanan, serta memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan menjangkau pasar yang lebih luas. Di sisi lain, pemerintah juga perlu mengambil langkah-langkah strategis seperti memberikan insentif kepada industri terdampak, memperkuat jaringan perlindungan sosial, serta memastikan stabilitas sistem keuangan agar dampak resesi tidak semakin meluas.

Jika resesi benar-benar terjadi, sektor-sektor tersebut harus siap menghadapi tekanan besar dan beradaptasi dengan perubahan yang ada agar bisa tetap bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi.

By zkxps